Iklan

Uang Rakyat di Atas Piring Makan: Kisah Dana Desa Rp 344 Juta yang Raib Saat Makan Siang

 


PALI , Semendonews.site– Siang itu langit Tanah Abang cukup cerah. Hiruk-pikuk pasar desa mulai mereda, orang-orang mulai mencari tempat makan untuk mengisi perut. Di Rumah Makan Saroso, aroma gulai ikan patin menggoda siapa saja yang lewat. Salah satu meja di pojok rumah makan itu ditempati dua tamu penting: Kepala Desa Lunas Jaya, Rudi Junaidi, dan bendahara desanya.

Setelah perjalanan dari Bank Sumsel Babel Unit Tanah Abang, mereka singgah sejenak untuk makan siang. Di dalam mobil operasional desa yang diparkir tepat di depan rumah makan, tersimpan uang sebesar Rp 344 juta—dana desa yang baru saja dicairkan untuk kebutuhan pembangunan dan operasional masyarakat Lunas Jaya.

Namun, siapa sangka, istirahat sejenak itu justru menjadi awal mimpi buruk.

Di tengah santap siang, bunyi alarm mobil mendadak mengoyak ketenangan. Rudi dan bendahara sontak berdiri, berlari keluar. Mobil masih tampak utuh, pintunya tertutup rapat. Tapi saat diperiksa lebih dalam, tas hitam berisi uang rakyat yang mereka jaga, sudah tidak ada. Hanya lantai kosong dan rasa panik yang tertinggal.

 “Kami langsung memeriksa mobil, dan ternyata tas berisi uang dana desa sudah raib,” ujar Iptu Arzuan, Kapolsek Tanah Abang, saat dikonfirmasi keesokan harinya.

Laporan resmi langsung dibuat. Polisi turun ke Tempat Kejadian Perkara (TKP), menggali keterangan saksi dan mengumpulkan bukti. Berdasarkan keterangan awal, pelaku diduga dua orang, berboncengan menggunakan sepeda motor Yamaha MX hitam dengan lis merah. Pencurian diduga telah direncanakan, pelaku kemungkinan sudah membuntuti sejak dari bank.

Dana sebesar itu—Rp 344 juta—bukan sekadar angka. Itu adalah harapan warga desa: untuk pembangunan infrastruktur, jalan setapak, pemberdayaan ekonomi kecil, bahkan mungkin perbaikan irigasi ladang karet mereka. Kini, semua itu hilang, entah ke mana.

Kepala Desa Rudi Junaidi sendiri belum memberikan pernyataan resmi kepada media. Barangkali masih terkejut, atau masih sibuk memberi penjelasan kepada warga yang mulai bertanya-tanya.

Sementara itu, aparat kepolisian terus memburu pelaku, berpacu dengan waktu agar uang rakyat itu bisa kembali. Namun, sebagaimana umumnya kasus kejahatan yang lihai dan cepat, masyarakat kini hanya bisa berharap dan berdoa.

Siang yang biasa, kini menjadi luka. Di atas meja makan yang masih tersisa sambal dan sisa nasi, ada cerita mahal tentang kelengahan dan kehilangan. Tentang dana desa yang raib bukan karena korupsi, tapi karena kesempatan yang dimanfaatkan maling saat perut lapar tak bisa diajak kompromi.

Dan masyarakat pun bertanya dalam hati: mungkinkah uang itu kembali? (**)


Posting Komentar

NextGen Digital Welcome to WhatsApp chat
Howdy! How can we help you today?
Type here...