Sarhan mengungkapkan, tindakan tersebut jelas mencoreng citra pelayanan kesehatan di Lampung. Maka menurutnya, RSUD Abdul Muluk mesti serius dalam merespon kasus tersebut. Jangan sampai peristiwa itu turut menurunkan kepercayaan publik.
Dia menegaskan penting untuk dibentuk tim independen untuk menelusuri kasus tersebut. Karena bisa jadi kasus yang menimpa korban bukan hal yang pertama. Sangat mungkin menurutnya ada korban-korban lain namun tidak tersiar ke publik.
"Bisa oknum dokter itu sudah melakukannya berulang kali, namun tidak sempat terpublikasi. Kemungkinan ini harus ditelusuri," tegasnya, Jumat, 22 Agustus 2025.
Dia mengatakan RSUD Abdul Muluk merupakan rumah sakit milik pemerintah. Selain itu, rumah sakit ini juga menjadi ikon pelayanan kesehatan di provinsi Lampung. Sehingga pelayanan yang diberikan kepada pasien akan mencerminkan pemerintah dalam memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat.
Jika pelayanan RSUD Abdul Muluk buruk seperti yang tergambar dalam kasus terbaru ini. Maka secara tidak langsung memberitahu publik buruknya pelayanan kesehatan dari Pemerintah Provinsi Lampung.
"Maka ini harus ditelusuri sampai tuntas, jangan-jangan ada dokter lain yang melakukan hal serupa juga," kata dia.
Sebelumnya, ramai diberitakan anak 2 tahun dari pasangan Sandi Saputra (27) dan Nida Usofie (23) warga Kabupaten Lampung Selatan meninggal usai menjalani operasi di RSUD Abdul Muluk.
Pada 19 Juli 2025, pihak rumah sakit melakukan pemeriksaan di mana putrinya didiagnosis penyakit hispro dan harus menjalani operasi. Namun sebelum dilakukan operasi, ada oknum dokter yang meminta uang Rp8 juta kepada keluarga.
Uang tersebut diminta dengan alasan untuk membeli alat medis yang nantinya digunakan untuk bagian operasi putrinya yang berusia 2 tahun. Namun setelah operasi berlangsung, putri mereka malah meninggal dunia.(Red)